Langsung ke konten utama

Ribetnya Pakaian yang Warnanya Luntur Ketika Dicuci

Saya tidak tahu apakah akan menuliskan cerita apalagi setelah baru saja menerbitkan artikel mengenai alasan saya tidak menggunakan gambar di semua postingan artikel blog ini. Ketika mulai berpikir dan mencari ide lagi selama beberapa menit, akhirnya pikiran saya tertuju pada bagaimana ribetnya saya mencuci pakaian yang warnanya kerap luntur ketika dibersihkan.

Apalagi ketika melihat kategori atau label blog ini yang salah satunya adalah tentang kegiatan Keseharian yang meskipun harus saya akui bahwa tidak saya update setiap hari. Maka langsung saja terpikirkan mengenai kegiatan saya dalam hal cuci-mencuci pakaian ini.

Saat saya membeli sebuah pakaian, entah itu baju maupun celana, saya biasanya sering menanyakan kepada si penjual apakah pakaian tersebut akan luntur ketika dicuci atau tidak. Maksud pertanyaan tersebut pasti sudah kalian ketahui kan?


Terang saja saya harus menanyakan pertanyaan itu karena saya tidak ingin pakaian saya yang lainnya berubah warna hanya karena 1 pakaian yang luntur. Bisa-bisa pakaian untuk kerja pun tidak lagi digunakan ke kantor karena hal tersebut.

Bahkan pakaian yang baru saja saya beli, biasanya langsung saya coba cuci secara terpisah untuk sekedar melihat apakah warna air yang saya gunakan berubah warna atau tidak. Jika berubah, maka pakaian tersebut akan saya ingat untuk tidak dicuci secara bersamaan dalam wadah yang sama bersama pakaian lainnya.

Kalaupun saya gabungkan, biasanya saya satukan dengan pakaian lainnya dengan warna yang sama atau mirip karena tidak akan ada perbedaan yang signifikan meskipun warnanya luntur dan pudar.

Pakaian-pakaian yang luntur tersebut biasanya berwarna cerah seperti hijau, biru, merah dan seterusnya. Entah karena penggunaan pigmen warna oleh pabrik yang tidak berkualitas atau apa, yang jelas ada beberapa pakaian yang saya miliki dengan warna yang luntur.

Kadang memang sengaja membelinya meskipun sudah diberitahu bahwa warnanya luntur. Hal ini saya lakukan karena memang suka dengan warna pakaian, desainnya dan sebagainya. Seolah-olah saya tidak bisa lagi mendapatkan pakaian tersebut.

Akhirnya mau tidak mau kebeli juga.

Hal yang paling ribet mengenai lunturnya pakaian ini adalah saya memiliki beberapa pakaian yang berbeda warna. Katakanlah warna hijau, biru dan juga merah. Bisa dibayangkan jika ketika warna pakaian tersebut sudah harus dicuci. Maka saya harus melakukannya secara terpisah.

Hal ini juga cukup menambah waktu saya untuk mencuci. Jika ada 6 pakaian yang tidak luntur dan harus saya cuci, biasanya saya bisa melakukannya dalam waktu mngkin tidak lebih dari 10 menit. Namun jika ada 6 pakaian yang luntur dan masing-masing berbeda warna, maka bukan hal yang mustahil saya akan boros dalam pemakaian waktu, air, sabun, dan juga pewangi pakaian.

Untuk menjemurnya pun harus dilakukan secara terpisah. Mulai dari menaruhnya di ember atau wadah yang berbeda dan juga penempatannya di jemuran agar tidak saling tersentuh satu sama lain yang bisa menyebabkan berpindahnya warna.

Setelah kering pun, keribetannya belumlah selesai. Jika pakaian tersebut akan di setrika, maka alas kain yang digunakan untuk hal tersebut bisa saja berubah karena pakaian yang luntur tersebut akan dibasahi sedikit dengan cairan pewangi setrika.

Setelah itu, barulah bisa sedikit "tenang."

Akan tetapi, semua rasa was-was akan adanya pakaian luntur ini tidak berhenti disitu saja. Bagaimana jika turun hujan dan saya kebasahan disaat menggunakan pakaian yang luntur? Kalau kulit saya harus berubah warna karena terkena warna lunturnya pakaian sih tidak begitu masalah. Namun jika baju luntur yang saya kenakan harus merubah warna bagian atas celana, maka hal itu cukup menjadi hal yang menjengkelkan juga.

Seolah baju yang luntur ini adalah hal yang selalu diliputi oleh masalah bagi yang memakainya.

Pakaian yang luntur ini biasanya saya dapati dijual dengan harga yang murah. Rata-rata dibawah 100 ribuan rupiah namun kadang kualitas kainnya cukup bagus. Kadang ada juga yang harga seratus ribuan, namun sangat jarang saya dapati.

Jangan lupa baca: Pentingnya Membuat Jadwal Bersih-Bersih

Tapi biasanya semakin mahal sebuah pakaian, semakin saya tidak perlu was-was dengan yang namanya warna yang luntur. Wajar saja, ada rupa ada harga. Yang berkualitas, kebanyakan sangat terkenal dengan harganya yang cukup menguras kantong.

Tapi yah, itulah resiko orang yang belum mampu secara finansial seperti saya untuk membeli pakaian yang harganya hingga 500 ribu rupiah bahkan jutaan. Mau tidak mau, kadang harus maklum sendiri jika pakaiannya luntur. Namanya juga murah, jadi ya harus siapkan tenaga dan waktu untuk merasakan segala keribetan diatas.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kenapa Tidak Akan Ada Gambar di Semua Postingan Blog Ini?

Hal sahabat semuanya, kembali lagi saya akan menuliskan tentang apa yang ada dalam pikiran saya kali ini terkait dengan rencana pengembangan blog ini kedepannya. Yaitu mengenai penggunaan gambar yang tidak akan ada pada postingan tulisan apapun dalam blog ini. Bagi saya, hal ini perlu saya tegaskan dan sampaikan kepada para pembaca dan pengunjung blog ini sekalian jika kedepannya anda akan menemukan pertanyaan terkait hal ini. Saya pribadi sebagai penulis dan pengelola blog ini memang berencana untuk tidak menggunakan gambar satu pun untuk kepentingan apapun terkait blog ini. Terutama sekali pada semua postingan artikel yang sudah ada dan yang akan dipblikasikan seterusnya.

Ingin Tetap Menulis Tapi Bingung Mau Bahas Apa

Dari yang saya perhatikan pada blog ini, ternyata baru ada 11 tulisan yang saya publikasi. Tulisan pertama yang saya buat pada tanggal 20 bulan Maret 2019 yang lalu menandakan bahwa saya bukanlah penulis yang produktif. Bahkan, sepertinya terlalu ketinggian jika saya menganggap bahwa diri saya adalah seorang blogger atau penulis. Masih terlalu jauh untuk itu karena lambatnya produktivitas dan usaha yang saya kerahkan serta sepertinya menandakan bahwa masih banyak yang harus saya pelajari dan kurangnya kreativitas saya dalam membangun ide dalam dunia literasi online.