Bagi anda yang belum terbiasa dengan dunia kerja atau dunia profesional, anda mungkin saja tidak pernah merasakan langsung ketika mendapatkan teguran dari atasan yang dilakukan di depan rekan kerja tanpa ada penghalang apapun.
Tapi bagi saya, hal ini sepertinya sudah beberapa kali merasakannya. Jika anda bekerja di kantor, entah kenapa, anda bisa dengan mudah menilai jika rekan kerja anda itu dipanggil untuk ditegur karena melakukan kesalahan dalam bekerja atau untuk dipuji.
Mungkin dari ekspresi si atasan sehingga kita bisa menilainya. Bisa juga dari nada bicara dan berbagai petunjuk lainnya.Yang jelas, banyak para pekerja yang bisa dengan mudah menilai mana yang teguran dan mana yang tidak tanpa harus diberikan pengetahuan atau tanpa harus berpengalaman bekerja dulu.
Yaitu rasa malu yang seolah tak berkesudahan.
Saat saya mendapatkan teguran, bagaimana saya tidak malu, hal itu bukan menjadi kebiasaan yang saya dapatkan. Namun bukan itu alasannya karena teguran ini pun memang terkadang diperlukan terutama bagi pekerja yang malas.
Akan tetapi, anggaplah alasan tersebut sebenarnya terkesan dibuat-buat dan bahkan terlalu mengedepankan ego saya sendiri. Seolah saya maunya mendengar yang enak-enaknya saja.
Namun, saya tetap tidak menyukai teguran tersebut jika dilakukan dimana hampir semua orang di kantor juga mendengarkannya. Pertama, saya akui bahwa mental saya masih sangatlah tidak kuat. Saat diperlakukan seperti itu, saya sendiri kadang sampai keringatan karena rasa malu yang saya dapatkan.
Memang mungkin saya melakukan kesalahan atau pekerjaan saya terbengkalai dan tidak dikerjakan dengan baik. Tapi jujur saja bahwa ditegur di depan hampir semua rekan kerja tidak akan berdampak apa-apa terhadap pekerjaan saya.
Justru malah hanya akan menurunkan motivasi dalam bekerja karena kita sendiri merasa sudah melakukan yang terbaik, namun seolah tetap tidak mendapatkan penghargaan. Disisi lain, sebaik apapun pekerjaan saya, sangat jarang saya mendengarkan ucapan terima kasih karena sudah bekerja dengan baik dan benar.
Padahal, dengan hanya ucapan terima kasih dan senyum kecil saja bisa membuat kita semua seolah sangat dihargai tenaga, pikiran dan kehadiran kita di kantor tersebut. Tapi, semua itu bisa hancur karena jarang kita mendapatkannya, terlebih lagi hanya teguran seperti diatas yang saya peroleh.
Jadi, perilaku atasan yang menegur dengan cara yang demikian benar-benar harus dihilangkan.
Selain itu, kita juga menjadi sedikit malu untuk menemui rekan kerja lainnya setelah saya mendapatkan teguran tersebut. Dan, rekan lainnya juga menjadi sungkan kepada diri saya sendiri yang awalnya sangat akrab.
Rekan kerja saya seolah menjaga jarak dengan saya karena mungkin berpikir hal itu hanya akan membuat saya malu.
Teguran yang dilakukan di depan rekan kerja saya benar-benar tidak begitu bermanfaat dan bahkan hanya memunculkan kesunyian kantor yang tidak diperlukan. Pekerja lain biasanya juga akan menghentikan pekerjaannya sejenak karena mereka juga cukup kaget dengan terjadinya hal itu.
Jadi terhenti beberapa menit kan pekerjaan semua orang kantor? Kalau saja masing-masing meluangkan waktu untuk berhenti bekerja selama 5 menit, tinggal dikali saja berapa banyak orang, selama itulah waktu yang akhirnya harus dibuang secara percuma hanya karena ulah saya sendiri dan atasan saya.
Tapi ada satu hal yang akhirnya dirapatkan dan disepakati oleh semua karyawan di kantor. Bukan karena alasan saya ditegur tapi juga rekan lainnya yang mengalami hal yang sama.
Beberapa waktu yang lalu, kami kemudian mengadakan rapat dan menyepakati satu hal yaitu; teguran kepada siapapun harus dilakukan didalam ruangan rapat!
Jadi, ada permasalahan internal apapun, mau marah atau bagaimanapun model tegurannya, yang harus dilakukan ada memanggil karyawan kantor kedalam ruang rapat dan mulai membicarakan permasalahannya disana. Agar orang lain tidak terganggu dan mencegah berbagai hal lain yang bisa menurunkan semangat bekerja.
Terlalu sederhana solusinya? Karena memang tidak selamanya bahwa solusi itu harus rumit. Kita terkadang hars melakukan hal yang sederhana karena dampaknya terkadang begitu besar kita rasakan. Contohnya ya seperti solusi diatas. Tapi hal itu harus benar-benar disepakati bersama lewat rapat atau musyawarah atau menghargai solusi lainnya yang menjadi suara mayoritas.
Tidak percaya? Buktikan saja sendiri!
Tapi bagi saya, hal ini sepertinya sudah beberapa kali merasakannya. Jika anda bekerja di kantor, entah kenapa, anda bisa dengan mudah menilai jika rekan kerja anda itu dipanggil untuk ditegur karena melakukan kesalahan dalam bekerja atau untuk dipuji.
Mungkin dari ekspresi si atasan sehingga kita bisa menilainya. Bisa juga dari nada bicara dan berbagai petunjuk lainnya.Yang jelas, banyak para pekerja yang bisa dengan mudah menilai mana yang teguran dan mana yang tidak tanpa harus diberikan pengetahuan atau tanpa harus berpengalaman bekerja dulu.
Mau tahu bagaimana rasanya ditegur oleh atasan dan rekan kerja kita sekantor mengetahuinya?
Jika anda memikirkan pertanyaan pada judul maupun sub-judul diatas, maka sepertinya kita akan menemukan satu jawaban yang kemungkinan besar akan sama. Apa yang anda pikirkan bisa jadi akan sama jawabannya dengan yang juga ada dalam pikiran saya.Yaitu rasa malu yang seolah tak berkesudahan.
Saat saya mendapatkan teguran, bagaimana saya tidak malu, hal itu bukan menjadi kebiasaan yang saya dapatkan. Namun bukan itu alasannya karena teguran ini pun memang terkadang diperlukan terutama bagi pekerja yang malas.
Akan tetapi, anggaplah alasan tersebut sebenarnya terkesan dibuat-buat dan bahkan terlalu mengedepankan ego saya sendiri. Seolah saya maunya mendengar yang enak-enaknya saja.
Namun, saya tetap tidak menyukai teguran tersebut jika dilakukan dimana hampir semua orang di kantor juga mendengarkannya. Pertama, saya akui bahwa mental saya masih sangatlah tidak kuat. Saat diperlakukan seperti itu, saya sendiri kadang sampai keringatan karena rasa malu yang saya dapatkan.
Memang mungkin saya melakukan kesalahan atau pekerjaan saya terbengkalai dan tidak dikerjakan dengan baik. Tapi jujur saja bahwa ditegur di depan hampir semua rekan kerja tidak akan berdampak apa-apa terhadap pekerjaan saya.
Justru malah hanya akan menurunkan motivasi dalam bekerja karena kita sendiri merasa sudah melakukan yang terbaik, namun seolah tetap tidak mendapatkan penghargaan. Disisi lain, sebaik apapun pekerjaan saya, sangat jarang saya mendengarkan ucapan terima kasih karena sudah bekerja dengan baik dan benar.
Padahal, dengan hanya ucapan terima kasih dan senyum kecil saja bisa membuat kita semua seolah sangat dihargai tenaga, pikiran dan kehadiran kita di kantor tersebut. Tapi, semua itu bisa hancur karena jarang kita mendapatkannya, terlebih lagi hanya teguran seperti diatas yang saya peroleh.
Jadi, perilaku atasan yang menegur dengan cara yang demikian benar-benar harus dihilangkan.
Selain itu, kita juga menjadi sedikit malu untuk menemui rekan kerja lainnya setelah saya mendapatkan teguran tersebut. Dan, rekan lainnya juga menjadi sungkan kepada diri saya sendiri yang awalnya sangat akrab.
Rekan kerja saya seolah menjaga jarak dengan saya karena mungkin berpikir hal itu hanya akan membuat saya malu.
Teguran yang dilakukan di depan rekan kerja saya benar-benar tidak begitu bermanfaat dan bahkan hanya memunculkan kesunyian kantor yang tidak diperlukan. Pekerja lain biasanya juga akan menghentikan pekerjaannya sejenak karena mereka juga cukup kaget dengan terjadinya hal itu.
Jadi terhenti beberapa menit kan pekerjaan semua orang kantor? Kalau saja masing-masing meluangkan waktu untuk berhenti bekerja selama 5 menit, tinggal dikali saja berapa banyak orang, selama itulah waktu yang akhirnya harus dibuang secara percuma hanya karena ulah saya sendiri dan atasan saya.
Solusi sederhana yang harus dilakukan atasan ketika menegur bawahannya
Ada masalah, tentu juga ada solusi untuk menyelesaikannya. Menegur atasan sendiri dengan berbagai alasan saya diatas tentu sangatlah tidak disarankan. Kan tidak mungkin juga saat atasan tengah asik-asiknya menegur saya, lalu tiba-tiba saya atau rekan kerja lainnya memberitahu untuk menurunkan nada bicaranya sendiri atau memberikan solusi lain.Tapi ada satu hal yang akhirnya dirapatkan dan disepakati oleh semua karyawan di kantor. Bukan karena alasan saya ditegur tapi juga rekan lainnya yang mengalami hal yang sama.
Beberapa waktu yang lalu, kami kemudian mengadakan rapat dan menyepakati satu hal yaitu; teguran kepada siapapun harus dilakukan didalam ruangan rapat!
Jadi, ada permasalahan internal apapun, mau marah atau bagaimanapun model tegurannya, yang harus dilakukan ada memanggil karyawan kantor kedalam ruang rapat dan mulai membicarakan permasalahannya disana. Agar orang lain tidak terganggu dan mencegah berbagai hal lain yang bisa menurunkan semangat bekerja.
Terlalu sederhana solusinya? Karena memang tidak selamanya bahwa solusi itu harus rumit. Kita terkadang hars melakukan hal yang sederhana karena dampaknya terkadang begitu besar kita rasakan. Contohnya ya seperti solusi diatas. Tapi hal itu harus benar-benar disepakati bersama lewat rapat atau musyawarah atau menghargai solusi lainnya yang menjadi suara mayoritas.
Tidak percaya? Buktikan saja sendiri!
Komentar
Posting Komentar